Rabu, 16 Januari 2013

Hari Ketika Matahari Tak Bersinar


Mazmur 103:1-5
1. Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
2. Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
3. Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,
4. Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
5. Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

Sering kali kita meremehkan berkat TUHAN, terlebih lagi atas hal-hal yang biasa kita terima.
Sebuah legenda menceritakan suatu hari matahari tidak terbit. Jam 6 pagi masih gelap. Jam 7 masih seperti malam. Ketika tengah hari terasa seperti tengah malam. Pada jam 4 sore hari, semua orang datang ke gereja memohon matahari kepada TUHAN. Keesokan harinya semua orang berkumpul dan memandang ke timur. Ketika sinar matahari tampak di timur, semua bersorak dan memuji TUHAN.
Pemazmur tahu, bahwa ia tak dapat mengingat semua perbuatan Allah baginya. Ia sadar kemungkinan ia melupakan itu semua, maka ia membangunkan jiwanya dan mendorongnya untuk tidak melupakan segala kebaikan TUHAN (ay.2). Banyak kebaikan yang TUHAN perbuat padanya (ay.3-5).
Karena kebaikan TUHAN selalu hadir bagaikan matahari, adalah berbahaya bila kita melupakan apa yang ditunjukkan-Nya setiap hari. Mari kita menghitung berkat-berkat TUHAN.

DENGAN SEGENAP HATI


Mazmur 119:2
Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.

Problema dalam kehidupan seringkali membuat kita letih lesu dan berbeban berat. Namun Yesus mengundang mereka yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya dan memberi mereka kelegaan. Yesus memberikan jaminan kepada umatnya seperti yang tertulis dalam (Lukas 11:9) ”Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”
Kita semua tentu ingin memperoleh jawaban doa dan pertolongan Tuhan. Firman Tuhan mengajarkan agar kita berpegang pada perintahNya dan mencari Tuhan dengan segenap hati. Orang yang mencari Tuhan dengan segenap hati, ia selalu memiliki pandangan iman kepada Tuhan. Ia tidak bercabang hati atau mendua hati. Dalam Yakobus 4:8, kita dinasehatkan untuk menyucikan hati agar dapat mendekat kepada Allah. Jika kita tidak setia, ada teguran Firman Tuhan: ” Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” (Yakobus 4:4)
Ketika bangsa Israel berada dalam perantauan, perjalanan mereka menuju Tanah Kanaan, mereka terpengaruh oleh peradaban bangsa-bangsa sekitar mereka sehingga mereka tidak lagi setia kepada Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang cemburu dan tidak menghendaki umatNya mendua hati karena kita digambarkan sebagai istri-Nya yang harus setia dan tidak bercela di hadapan-Nya (Yesaya 54:5). Berilah diri untuk dipimpin oleh Roh Allah sehingga segala yang kita lakukan berkenan di hadapan-Nya.
Marilah kita mencari Tuhan dengan segenap hati maka apa yang kita minta, diberikan-Nya pada kita.

Diberkati Karena Abraham Telah Mendengarkan Firman Allah


Kejadian 26:5 (baca ay.3-5)
5. karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku."

Istilah karena dalam ayat diatas, menyebabkan kita melihat ada kerenggangan antara penawaran: janji yang bebas dan tak bersyarat kepada Abraham, dengan janji bersyarat berdasarkan ketaatan Abraham pada segala perintah, ketetapan dan hukum Allah. Janji dan berkat, tetap mendahului perintah untuk taat dan melaksanakan segala perintah Allah. Jelas ketaatan di sini bukan merupakan syarat bagi Abraham untuk menerima berkat Allah.
Janji tersebut tidak bertentangan dengan hukum Allah, baik perjanjian berkat kepada Abraham maupun berkat hidup kekal bagi kita. Pemberi janji yang memprakarsai perjanjian dengan para patriakh ini, adalah sosok yang sama, yang memberikan perintah, hukum dan ketetapan. Maka, ketaatan bukan syarat untuk menerima berkat yang dijanjikan dari Allah melainkan merupakan bukti peran-serta sesungguhnya dalam perjanjian yang sama tersebut. Karena Allah setia, para patriakh dimungkinkan menerima berkat-berkat yang dijanjipun sekalipun mereka sendiri tidak berperan serta secaralangsung dalam mengadakan perjanjian dengan Allah.
Itu sebabnya, unsur-unsur persyaratan yang diragukan dalam perjanjian Abraham (dan Daud) tak pernah mengurangi elemen-elemen pokok perjanjian itu, juga tak menambah syarat-syaratnya. Hal tentang kewajiban, ketaatan, yang terkait erat dengan perjanjian itu adalah hasil kelanjutan dan bukan prasayarat untuk menjadi peserta dalam menerima berkat Allah.