skip to main |
skip to sidebar
1 Korintus 4:2
2. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.
Di dunia yang dihuni enam miliar manusia ini, sidik jari masing-masing orang berbeda-beda. Setiap ujung jari memiliki pola goresan tertera di kulit yang sedikit berbeda dengan pola jari orang lain, bahkan dari kembar identik sekalipun. Oleh sebab itu, setiap orang memiliki 'jejak'nua sendiri.
Ada makna lain dari jejak yang kita tinggalkan. Masing-masing kita meninggalkan bekas 'sidik jari rohani' di dalam kehidupan orang lain. Kita tidak hidup selamanya di dunia ini, tetapi setelah kita mati, jejak rohani ini tetap ada.
John Geddie, misionaris asal Kanada memberi contoh jelas tentang jejak yang kita tinggalkan bagi orang lain. Setelah tiba di pulau Aneityum, ia bertemu dengan suku kanibal yang ganas, yang menganggap daging manusia sebagai makanan terlezat. Kekerasan, pencurian, dan peperangan adalah hal yang lumrah. Di catatan harian yang ditulisnya pada 9 Feb 1849, ia menulis, "Dalam kegelapan dan kesengsaraan yang melingkupiku, aku menantikan dengan iman, saat-saat ketika penduduk malang ini bersatu menyanyikan lagu kemenangan atas ditebusnya jiwa mereka."
Ia berkesempatan menyaksikan hal itu terjadi. Geddie wafat tepat sebelum natal 1872, dan di batu nisannya yang kemudia dipasang di gereja di pulau itu tertulis: "Untuk mengenang John Geddie...ketika ia mendarat pada 1848, di sini sama sekali tidak ada orang Kristen, dan saat ia wafat 1872, tidak ada penyembah berhala di sini."
Bisa jadi Anda dan saya tidak bertanggung jawab untuk mengajak semua orang bertobat, tetapi kita akan meninggalkan jejak kita di dalam hidup orang-orang tertentu. Dunia ini akan lebih baik apabila kita menjalani hidup yang penuh iman.
Rabu, 16 Januari 2013
Jejak Yang Anda Tinggalkan
1 Korintus 4:2
2. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.
Di dunia yang dihuni enam miliar manusia ini, sidik jari masing-masing orang berbeda-beda. Setiap ujung jari memiliki pola goresan tertera di kulit yang sedikit berbeda dengan pola jari orang lain, bahkan dari kembar identik sekalipun. Oleh sebab itu, setiap orang memiliki 'jejak'nua sendiri.
Ada makna lain dari jejak yang kita tinggalkan. Masing-masing kita meninggalkan bekas 'sidik jari rohani' di dalam kehidupan orang lain. Kita tidak hidup selamanya di dunia ini, tetapi setelah kita mati, jejak rohani ini tetap ada.
John Geddie, misionaris asal Kanada memberi contoh jelas tentang jejak yang kita tinggalkan bagi orang lain. Setelah tiba di pulau Aneityum, ia bertemu dengan suku kanibal yang ganas, yang menganggap daging manusia sebagai makanan terlezat. Kekerasan, pencurian, dan peperangan adalah hal yang lumrah. Di catatan harian yang ditulisnya pada 9 Feb 1849, ia menulis, "Dalam kegelapan dan kesengsaraan yang melingkupiku, aku menantikan dengan iman, saat-saat ketika penduduk malang ini bersatu menyanyikan lagu kemenangan atas ditebusnya jiwa mereka."
Ia berkesempatan menyaksikan hal itu terjadi. Geddie wafat tepat sebelum natal 1872, dan di batu nisannya yang kemudia dipasang di gereja di pulau itu tertulis: "Untuk mengenang John Geddie...ketika ia mendarat pada 1848, di sini sama sekali tidak ada orang Kristen, dan saat ia wafat 1872, tidak ada penyembah berhala di sini."
Bisa jadi Anda dan saya tidak bertanggung jawab untuk mengajak semua orang bertobat, tetapi kita akan meninggalkan jejak kita di dalam hidup orang-orang tertentu. Dunia ini akan lebih baik apabila kita menjalani hidup yang penuh iman.
0 comments:
Posting Komentar