skip to main |
skip to sidebar
Matius 17:4 (baca ay.1-13)
4. Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Peristiwa yang dicatat oleh Matius disebut dengan transfigurasi (perubahan rupa kemuliaan). Hal ini menjadi gambaran dari puncak kemuliaan yang akan Yesus terima melalui jalan salib yang harus Ia lalui dan bagi mereka yang mau mengikuti-Nya. Pada waktu itu, keadaan yang begitu menakjubkan membuat Petrus secara spontan menawarkan untuk mendirikan kemah supaya ia dan kedua rekannya bisa menikmati bersama dan tidak perlu turun kembali dari gunung. Ia ingin menikmati saat-saat bersama dengan kedua tokoh besar Perjanjian Lama.
Kehadiran Allah dan suara-Nya menyadarkan mereka bahwa iman dan pengharapan mereka harus senantiasa ditujukan kepada Yesus yang lebih besar dari Musa dan Elia. Kemuliaan yang nampak pada wajah Yesus menjadi pengingat bagi kita pada hari ini bahwa Allah tidak pernah mengabaikan kita dalam segala kesulitan, seperti halnya kepada bangsa Israel pada jaman nabi Musa.
Tetapi tidak cukup juga bagi kita hanya melihat kemuliaan Allah dalam Kristus. Kita perlu mengerti bahwa kemuliaan hanya bisa dicapai dengan suatu pengorbanan dan kerelaan untuk merendahkan diri. Waktu kita mendekatkan diri pada-Nya dalam saat teduh dan waktu perenungan kita, terdapat damai sejahtera-Nya yang membuat kita berani menjalani panggilan kita untuk bekerja dan melayani sesama menjadi berkat.
Rabu, 16 Januari 2013
Jalan Salib Mendahului Kemuliaan
Matius 17:4 (baca ay.1-13)
4. Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Peristiwa yang dicatat oleh Matius disebut dengan transfigurasi (perubahan rupa kemuliaan). Hal ini menjadi gambaran dari puncak kemuliaan yang akan Yesus terima melalui jalan salib yang harus Ia lalui dan bagi mereka yang mau mengikuti-Nya. Pada waktu itu, keadaan yang begitu menakjubkan membuat Petrus secara spontan menawarkan untuk mendirikan kemah supaya ia dan kedua rekannya bisa menikmati bersama dan tidak perlu turun kembali dari gunung. Ia ingin menikmati saat-saat bersama dengan kedua tokoh besar Perjanjian Lama.
Kehadiran Allah dan suara-Nya menyadarkan mereka bahwa iman dan pengharapan mereka harus senantiasa ditujukan kepada Yesus yang lebih besar dari Musa dan Elia. Kemuliaan yang nampak pada wajah Yesus menjadi pengingat bagi kita pada hari ini bahwa Allah tidak pernah mengabaikan kita dalam segala kesulitan, seperti halnya kepada bangsa Israel pada jaman nabi Musa.
Tetapi tidak cukup juga bagi kita hanya melihat kemuliaan Allah dalam Kristus. Kita perlu mengerti bahwa kemuliaan hanya bisa dicapai dengan suatu pengorbanan dan kerelaan untuk merendahkan diri. Waktu kita mendekatkan diri pada-Nya dalam saat teduh dan waktu perenungan kita, terdapat damai sejahtera-Nya yang membuat kita berani menjalani panggilan kita untuk bekerja dan melayani sesama menjadi berkat.
0 comments:
Posting Komentar